Friday, November 11, 2011

PENERAPAN POLA HIDUP SEHAT

Oleh : Diana Septaria Abidin


Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara menerapkan pola hidup sehat itu di dalam kehidupan kita masing-masing, berikut ini dapat kita ikuti beberapa cara yang diajarkan oleh Islam kepada umat manusia:

Pertama, senantiasa memelihara kebersihan dzahir dan bathin. Kebersihan adalah pangkal kesehatan, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: Al-nadhafatu min al-iman (kebersihan itu sebagian dari iman). Yang paling esensial dari kebersihan diri itu adalah kebersihan hati, jiwa (qalb), dan pikiran (aql). Dalam ber¬bagai kenyataan, kita sering menemukan ada saja di antara orang yang mudah berburuk sangka (su'udzan) atau suka curiga kepada orang lain. Bahkan ada yang sampai berburuk sangka kepada Allah, Na'udzu bi Allah min dzalik.

Di dalam banyak ayat Al Quran, Allah mengisyaratkan betapa urgensnya kita memelihara kebersihan hati dan jiwa itu. Misal, firman-Nya, ”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” (QS Al-Tagabun 64:11). Hati yang tidak bersih akan sulit sekali untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan itu merupakan penyakit yang amat berbahaya.

Untuk menjaga kebersihan hati sekaligus menghindarkan dari hal seperti itu, maka Allah mengajari kita selalu bermohon kepada-Nya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi Karunia (QS Ali 'Imran ayat 8).

Kedua, hendaknya kita mencari nafkah yang halal dan thayyib, kemudian mengonsumsinya pula secara yang halal dan baik. Nafkah yang halal bukanlah sesuatu yang semata-mata berhubungan dengan hasil jerih payah pekerjaan seseorang, melainkan juga berhubungan dari mana sumber dan dari mana kita memperolehnya. Sebab dalam banyak kenyataan, seringkali ada di antara kita berpikir "yang penting uang” tidak terpikirkan bagaimana dan apa akibat spiritualnya pernyataan seperti itu.

Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu yang hendak kita konsumsi itu, antara lain Allah mengisyaratkan bahwa: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kita mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al-Baqarah ayat 68).

Ketiga, memohon perlindungan dan kesehatan kepada Allah atas apa yang kita konsumsi. Setiap kali memulai kegiatan makan atau minum secara proporsional "makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan", demikian peringatan dari Allah SWT. Kemudian, awalilah dengan permohonan kepada Allah, semoga apa yang hendak kita konsumsi itu, dijauhkan dari berbagai macam penyakit melainkan sebaliknya akan mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh. Sebab pada dasarnya makan serta minum itu, bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti sel-sel yang diperlukan oleh setiap organ tubuh.

Hakikat rezeki yang kita peroleh dan konsumsi itu dari Allah juga. Karenanya, pedoman dalam menciptakan pola konsumsi itu, misalnya Allah menyatakan harus proporsional (Al Quran surah Al-A'raf ayat 31). Demikian pula Nabi Muhammad saw. memberi isyarat dan contoh untuk itu, misalnya, Makanlah pada saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang.

Memang pola konsumsi masyarakat kita selama ini masih pada taraf makan untuk sekadar kenyang bukan untuk kesehatan. Kita makan tidak beraturan waktunya, dan lain-lain. Padahal kalau kita telusuri soal ini, maka dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Muslim dinyatakan, "Perut itu adalah tempatnya bersarang penyakit dan pengaturan makanan adalah obat utama. Maka, pantaslah jika kemudian beliau sering kali melaksanakan ibadah puasa sunah, yang selanjutnya perlu kita teladani, terutama setiap hari Senin dan Kamis.

Keempat, memelihara keteraturan hidup. Seringkali ada orang yang mudah terkena penyakit, karena penyebabnya ia tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih mengutamakan tampilan lahiriah daripada pemenuhan gizi makanan dan kalau sudah sibuk bekerja sampai lupa jadwal makan. Akibatnya lambung dan usus terganggu, maag, kekurangan gizi, dan sebagainya. Nanti memeriksakan kesehatannya pada waktu sakit. Padahal Islam menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).

Kelima, perbanyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran yang segar, serta sering meminum madu. Buah-buahan sering diibaratkan Allah SWT dengan "makanan surga". Mengapa? Dalam ayat ditemukan misalnya Allah menyatakan, "Dan Kami jadikan kepadanya kebun-kebun kurma dan anggur dan pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur (QS Yaasin ayat 1-3).

Bahkan di dalam Al-Duhhan/44:55, Allah ta'ala berfirman, "Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)." Adapun madu, Allah menyatakan pula secara eksplisit bahwa madu itu adalah syifa (obat). Firman-Nya: “Kemudian makanlah dari (tiap-tiap macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada apa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang yang mau memikirkan. (QS An-Nahl ayat 69).

Keenam, hendaknya kita sering membaca dan mengikuti ajaran Al Quran. Membaca Al Quran adalah bagian dari zikir kepada Allah, sedangkan zikir mendatangkan ketenangan jiwa. "Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan." (Al Quran surah Al-Ra'd ayat 28, Al Quran Surah Yunus ayat 57).

Namun dalam banyak hal, terkadang manusia baru menjadikan Al Quran sebagai barang antik sehingga jarang disentuh apalagi untuk ditelaah isinya. Padahal kalam Allah itu adalah hudan (petunjuk) bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Salah satu fungsinya, Al Quran sebagai obat yang mujarab untuk mengobati penyakit, terutama kejiwaan seseorang yang dilanda rasa gundah gulana. Kiranya dapat kita pahami bahwa secara umum Allah swt telah menyatakan bahwa semua penyakit ada obatnya. Seperti tersurat melalui pernyataan Nabi Ibrahim as. Bahwa, "Apabila aku (Ibrahim as) sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (QS As-Syu'ara ayat 80). Demikian halnya dengan penjelasan Rasulullah saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit, yaitu ketuaan".

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar