Sunday, April 18, 2010

Belajar Malu Dari Fathimah Dan Hussain (Membaca Vs Tv)

eramuslim - "Iiihhh... malu..." Fathimah menjerit kecil sambil menutupi matanya. Begitu pula Hussain, sang adik langsung ikut berucap,"Matiin aja Om, tipinya...". Saya dan istri tak urung menjadi salah tingkah dibuatnya. Memang siang itu, kebetulan di salah satu acara infotainment TV swasta sedang diulas beberapa selebriti yang akan menghabiskan waktunya di acara penghujung tahun 2003, salah satunya adalah Ibu Inul Daratista yang --maaf-- dengan goyang ngebor sporadisnya nyaris mendominasi layar TV 21 inch saya.

Dan secara tak sengaja, dua bocah balita itu sedang konsentrasi melihat acara-acara yang ada sambil sesekali mengganti channel, tapi siapa nyana, mata dua anak itu tertumbuk pada acara yang memang secara fithrah merupakan tontonan aneh bagi mereka, maka tak ayal terlontarlah respon seperti itu...

Langsung saja saya rebut remote control TV yang sedang Hussain pegang, dan saya tekan tombol OFF tanpa babibu lagi."Fiuuuh..., aman", batin saya. Tapi tak berhenti sampai disitu, Fathimah masih saja menutupi keduamatanya
dengan tangannya, masih sambil bergumam,"Iiiih... malu, ih maluuu..." Lho...?!?!

Sudahkah anak-anak kita merespon begitu cepat setiap tontonan yang mereka saksikan di layar TV...? Sudahkah kita merasa aman kalau dengan membiarkan anak-anak kita duduk manis berlama-lama di depan TV dibanding berkotor-kotor dengan teman-temannya di halaman...? Sudahkah kita mempunyai anak-anak yang responsif dan reaktif dengan tontonannya seperti layaknya Fathimah dan Hussain...?

Saya disini bukan ingin mengajak berdebat kusir masalah klasik mengenai apakah TV memang layak untuk anak-anak kita ataukah tidak. Saya yakin kita semua akan berpolemik panjang mengenai itu semua. Tapi yang membuat saya
tergelitik adalah kemampuan kita (baca:orang tua) untuk memberikan pengaruh (influence) kepada anak-anak kita terhadap semua yang diberikan TV sehingga anak-anak kita akan mampu dengan sendirinya mempunyai dayakekebalan
(immunne) terhadap acara-acara nyeleneh yang tidak patut ditonton oleh mereka.

Saya iseng-iseng menemukan artikel di internet mengenai korelasi negatif TV dan anak-anak ini, yang merupakan tulisan dari Dr. Ellen Abell (Extension Family and Child Development Specialist, Alabama Cooperative Extension System, U.S.A), dia kurang lebih mengatakan seperti ini,"The visual nature
of television or other media stimuli do not develop the part of the brain responsible for language. Children who watch too much television and do not read enough may have trouble paying attention and listening to comprehend language. It's important that parents take time reading out loud to their
children and help them develop their own reading and comprehension skills. I suggest that parents make plans with their children for weekly television viewing. Select shows that you will allow children to watch instead of leaving the television on all the time".

Nah, disini kita kembali diusik untuk jujur pada diri kita sendiri, apakah kita sudah menempatkan TV sebagai satu-satunya hiburan rohani yang menyegarkan? Apakah kita tidak bisa menemukan alternatif hiburan selain apa yang disuguhkan TV kepada kita? Apakah semua informasi akan out of date dari ingatan kita manakala TV tidak menghiasi pandangan kita setiap hari?

Kembali kita harus menghadapi hal yang retoris, dilematis bahkan ironis. Dari artikel yang saya kutip diatas, Dr. Ellen sudah memberikan alternatif (bahkan bukan sekedar alternatif, tapi bisa menjadi solusi), yaitu hidupkan
budaya membaca”!

Membaca bisa memberikan kesan visual dan imajinatif tak kalah hebat dengan TV (tentunya buku yang dibaca haruslah menarik dan atraktif menurut usia dan pola fikir anak), apalagi ditambah dengan bantuan orang tua yang bisa memberikan atmosfir yang hidup untuk suasana baca tersebut. Banyak anak malas membaca karena kurangnya motivasi dari orang tua terhadap mereka, bukan karena memang mereka tidak bergairah membaca.

Dan mungkin yang kedua adalah, jangan sungkan dan bosan untuk selalu menanamkan kepada anak apa-apa yang haq dan yang bathil baik secara teoritis maupun aplikatif. Yang ingin saya utarakan adalah, sering kita menasehati anak tanpa kita berusaha untuk menjadi teladan yang baik (uswah hasanah) bagi mereka. Walhasil, mereka akan gamang dalam menentukan sikap. Praktisnya, tingkah laku anak bisa jadi adalah cerminan (mir'ah) dari pola didik yang diterapkan orang tuanya kepadanya.

Saya bersyukur Allah SWT menasihati saya dengan sikap reaktif Fathimah dan Hussain terhadap hal-hal miring yang terpampang jelas di depan mereka. Betapa saya banyak bersikap acuh tak acuh ketika melihat tayangan yang
seyogyanya sudah tidak pantas dikonsumsi lagi (bahkan untuk dewasa, apalagi untuk anak seusia mereka?!?!).

Sambil memangku Hussain, saya melihat geli ke arah istri saya yang sedang "ditodong" oleh Fathimah untuk membacakan sebuah novel anak setebal 100-an halaman, dan Fathimah tampak tekun mendengarkan, seperti yang tak bosan menunggu selesai sampai dengan halaman terakhir. Alhamdulillah TV dari tadi sudah dimatikan...


Kotabaru, Yogyakarta

Thursday, April 8, 2010

Untuk Saudaraku yang Sedang Lesu


Untuk saudaraku yang sedang ‘lesu’ (af1 kalo ane sebut demikian, smga tersinggung), ane gk bermaksud bikin puisi ato kalimat motivasi. Coz gk ada nasehat yang lebih indah dan mulia dari penuturan Allah & RasulNya. JANGAN LANJUTKAN MEMBACA TULISAN INI!*(keterangan,dibawah)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr :1-3)

Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. (QS. At Taubah:38)

Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah:24)

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.(QS.Yunus: 8)

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al Munafiqun: 11)

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imron:146-148)

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron:139)

Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Ath Thaghobun: 69)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. Ash Shof:10-14)

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al Hajj:40-41)

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad:7)

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut: 69)

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al Baqoroh: 195)

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fushilat :33)

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An Nahl : 97)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron:103)

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur:55)

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az Zukhruf:36)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa…….

TERAKHIR, ANE TERINGAT dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah orang kepada Ibnu Mas’ud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasehat. ”Wahai Ibnu Mas’ud”, ujarnya ”berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram. Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”

Mendengar hal itu Ibnu Mas’ud kemudian menasehatinya, ”Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al-Qur’an, kau baca Al-Qur’an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke majlis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya ditengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam, memohon ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukan hatimu”.

Kalau datang ke majlis pengajian justru membuat kita resah dan gelisah, mungkin memang saatnya hati kita harus diganti dengan hati yang lain?



Hadanallohu waiyyakum fi sabilil haq. Qulil haqqo walau kaana murron.

Wassalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wa barokatuh

Your brother n partner,

Abu Azmiyah Al Barry



*Kalo antum gk berkenan

Friday, April 2, 2010

Make Up Seorang Muslimah

>> Jadikanlah ghaddul bashar® (menundukkan pandangan) sebagai hiasan mata’ Anda, niscaya akan semakin bening dan jernih.

>> Oleskan lipstik kejujuran pada bibir Anda, niscaya akan semakin manis.

>> Gunakanlah pemerah pipi Anda dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu yang dibuat pada ‘Salon Iman’.

>> Pakailah Sabun Istighfar® yang menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang Anda lakukan.

>> Rawatlah rambut Anda dengan Jilbab Islami yang menghilangkan ‘ketombe’ pandangan laki-laki yang membahayakan.

>> Hiasilah kedua tangan Anda dengan gelang tawadhu® (rendah hati) dan jari-jari dengan ‘cincin ukhuwah’.

>> Sebaik-baik kalung Anda adalah kalung kesucian®.

>>Bedakilah wajah Anda dengan air wudlu™ niscaya akan bercahaya di akhirat.