Thursday, July 22, 2010

Keluarga Berencana : Bagaimana Mengatur Keseimbangan Hidup


Tanggal 29 Juni lalu, diperingati sebuah hari penting yang menyangkut kehidupan manusia banyak, yaitu hari KB Nasional. Indonesia telah lama mengenal salah satu upaya mengurangi masalah-masalah kependudukan ini. Dengan jumlah penduduk yang melebihi 200 juta jiwa, KB dijadikan sebagai ujung tombak untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui kampanye-kampanye pembatasan jumlah kelahiran dan berbagai perangkat kontrasepsi. KB pun semakin populer di masyarakat dan Indonesia dianggap berhasil menjalankan program ini. Nah, sekarang, bagaimana sebenarnya pandangan agama terhadap hal ini?

Kebijaksanaan kependudukan merupakan suatu persoalan yang menyentuh seluruh bangsa. Berbicara menyangkut masalah kependudukan ini, atau lebih khusus lagi menyangkut masalah Keluarga Berencana (KB), seringkali ada semacam tuntutan dari umat, untuk memperoleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi saw. yang berbicara secara tegas tentang persoalan yang dimaksud. Sampai-sampai ada ulama yang mencari-cari ayat Al-Qur’an –dengan susah payah- kemudian memaksakan penafsirannya di luar konteks tersebut serta membebaninya dengan makna-makna di luar maksud yang dikandungnya.

Hal ini menimbulkan terjadinya semacam perkosaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Tuntutan tersebut lahir dari asumsi yang keliru, yang menyatakan bahwa “Al-Quran mengupas dan menyinggung segala macam persoalan yang dihadapi oleh umat manusia.”

Para pengabul tuntutan tersebut lupa bahwa prinsip-prinsip pokok agama serta jiwa dari ayat Al-Quran dan hadis dapat dijadikan landasan berpikir serta argumentasi keagamaan guna menjawab semua persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukannya dengan menggunakan ayat yang tidak pada tempatnya.

Ambillah contoh menyangkut kebijaksanaan kependudukan. Di sini kita cukup memperhatikan bagaimana Allah SWT mengelola alam raya ini dengan penuh keteraturan, keseimbangan, keserasian, dan perhitungan yang sangat teliti. Yang demikian itu merupakan ciri segala sesuatu dari unit yang terkecil di alam raya ini sampai dengan yang terbesar, dan yang demikian itu pula yang diharapkan dari umat manusia dalam segala usahanya.

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan yang sangat teliti. Tumbuh-tumbuhan dan poho-pohonan tunduk kepada-Nya. Dia meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca perimbangan supaya kamu tidak melampaui batas neraca itu. (QS 55 : 5-8).

Banyak sekali ajaran agama yang pelaksanaannya didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti dan dilaksanakan dengan seimbang. Shalat, zakat, puasa, dan haji adalah contoh-contoh yang sangat jelas.

Sangat tercela jika kemampuan material seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya untuk sepuluh orang, misalnya, kemudian mengundang lima belas orang. Tindakan tersebut tercela karena mengabaikan faktor keseimbangan.

Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak keturunan dan tanggung jawab terhadap generasi. Bukankah Al-Quran menamakan anak sebagai “buah hati yang menyejukkan” (QS 25:74), serta “hiasan kehidupan dunia” (QS 18 : 46)? Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk berdoa Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami dengan apa yang tak mampu kami pikul.(QS 2 : 286)

Demikian saya memahami pandangan Al-Quran tentang kependudukan dan KB, dan tidak dengan menafsirkan satu ayat untuk mendukung ide yang baik tersebut.

Sumber : Buku lentera hati karya M. Quraish Shihab.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar