Sejarah manusia telah berjalan silih berganti sekian lama. Dalam rentang waktu yang begitu lama manusia telah mengalami perubahan –perubahan yang signifikan dalam perjalanan kehidupan dari kerendahan taraf pengetahuan akan dunia, keadaan, pengalaman, perubahan – perubahan jaman mengarah pada penyempurnaan suatu peradaban. Sehingga dalam proses perjalanan ini diri manusia mengalami polarisasi perubahan yang sangat sistematis. Sebelum bahasan sejarah mengarahkan persepsi – persepsi tentang perjalanan kesejarahan manusia dalam bentuk manifestasi penafsiran historis, pengertian sejarah itu sebaiknya dijawab dengan menggunakan metode penggalian pengertian dengan menggunakan suatu analisis 5W 1H. hal ini akan membawa pada suatu kejelasan untuk menjelaskan tentang inti dari pengertian sejarah itu sendiri. Apakah sejarah itu, hal ini pertanyaan pertama yang harus terjawab untuk melangkah pada pertanyaan – pertanyaan berikutnya, karena pengertian awal akan mempersepsikan definisi – definisi berikutnya.
Sejarah merupakan suatu peristiwa – peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang berkaitan dengan proses perjalanan kehidupan manusia, mulai dari awal hingga satu detik yang lalu, dengan demikian cakupan sejarah merupakan cakupan yang sangat global meliputi berbagai lintasan jaman dan abad yang pernah dialami leh manusia yang hidup di dalam lingkaran tiap – tiap masa atau jaman. Dalam pembahasan hal ini masih ada polemik ruang perdebatan yang mengkaburkan posisi pengertian sejarah itu sendiri pada pengertian asal. Polemik tersebut adalah polemik yang membagi sejarah menjadi dua pengertian jaman, pertama pengertian prasejarah dan pengertian sejarah. Sementara ini definisi yang telah disusun berdasarkan kesepakatan para ahli tentang prasejarah adalah suatu masa sejarah yang belum ditemukan bukti – bukti tertulis untuk membuktikan tentang kejadian – kejadian pada masa lalu, dengan kata alternatif belum adanya bukti – bukti tertulis untuk membuktikan fakta kejadian pada suatu masa. Sedangkan sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau dimana dalam pembuktian terhadap fakta – fakta telah digunakan tulisan sebagai pembuktian terjadinya suatu tulisan sejarah. Dari kedua definisi ini dapat diketahui bahwa parameter yang digunakan adalah ada atau tiadanya suatu tulisan untuk memberikan suatu penjabaran tentang terjadi atau tidaknya perjalanan kehidupan manusia. Pertanyaan yang timbul pada saat pendefinisian ini dipakai adalah apakah hal ini relevan untuk memberikan penjelasan bahwa sejarah memang harus terjadi ketika tulisan telah ada, sedangkan sejarah harus pula terjadi ketika tulisan belum ditemukan dalam pendefinisian sejarah itu sendiri ataukah ada hal yang lain yang melatarbelakangi timbulnya pengertian ini. Apakah memang ada suatu kepentingan – kepentingan tertentu untuk mendeskreditkan peradaban manusia tertentu. Dengan kata lain, prasejarah cenderung didefinisikan sebagai sesuatu hal yang primitif dan tidak relevan sedangkan sejarah didefinisikan sebagai sesuatu yang relevan dan mapan dalam tataran masa.
Di tengah kancah perjuangan hidup, manusia belum dapat memaksimalisasikan tinjauan tentang kesempurnaan sejarah peradabannya, karena di satu sisi manusia mengemukakan suatu hal yang berhubungan langsung masa lalu secara obyektif sesuai dengan fakta sejarah tetapi di sisi lain kecenderungan manusia sebagai sikap alamiah yang berlebihan manusia lebih mementingkan berbagai kepentingan di sela – sela pola obyektif yang berusaha dibangunnya. Dari sisnilah yang nantinya menimbulkan suatu proses subyektifikasi sejarah peradaban manusia.
Konsep yang selama ini dibangun oleh para sejarawan tentang pengertian sejarah nampaknya masih banyak menimbulkan suatu sikap kontroversial yang seringkali menggiring para sejarawan terjebak dalam ruang – ruang berdebatan yang panjang, sehingga dari fakta tersebut dapat diambil suatu benang merah, bahwa selama ini konsepsi ataupun metodologi sejarah yang kita gunakan sebagai titik acuan proses berfikir sejarah (Historical Mindedness) cukup lemah, jika digunakan sebagai suatu acuan metodologi berfikir sejarah. Hal yang paling nampak dalam prosesi penulisan sejarah adalah cara penafsiran sejarah dan metode kritik yang berusaha dilakukan ataupun yang dikembangkan.
Parameter yang dibangun untuk mendefinisikan pengertian sejarah masih dinilai penuh dengan kesubyektifitasan yang mengarah pada suatu hal yang berhubungan dengan kepntingan – kepentingan ideologi ataupun konsep peradaban yang khusus mengarah pada titik tertentu. Definisi sejarah sebagai suatu masa dimana manusia telah mengenal tulisan ataupun definisi jaman pra sejarah sebagai suatu jaman dimana manusia belum mengenal tulisan baik sebagai bahasa maupun alat komunikasi, nampaknya belum dikatakan obyektif dalam tataran metodologi penulisan sejarah itu sendiri.
Sejarah merupakan suatu peristiwa – peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang berkaitan dengan proses perjalanan kehidupan manusia, mulai dari awal hingga satu detik yang lalu, dengan demikian cakupan sejarah merupakan cakupan yang sangat global meliputi berbagai lintasan jaman dan abad yang pernah dialami leh manusia yang hidup di dalam lingkaran tiap – tiap masa atau jaman. Dalam pembahasan hal ini masih ada polemik ruang perdebatan yang mengkaburkan posisi pengertian sejarah itu sendiri pada pengertian asal. Polemik tersebut adalah polemik yang membagi sejarah menjadi dua pengertian jaman, pertama pengertian prasejarah dan pengertian sejarah. Sementara ini definisi yang telah disusun berdasarkan kesepakatan para ahli tentang prasejarah adalah suatu masa sejarah yang belum ditemukan bukti – bukti tertulis untuk membuktikan tentang kejadian – kejadian pada masa lalu, dengan kata alternatif belum adanya bukti – bukti tertulis untuk membuktikan fakta kejadian pada suatu masa. Sedangkan sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau dimana dalam pembuktian terhadap fakta – fakta telah digunakan tulisan sebagai pembuktian terjadinya suatu tulisan sejarah. Dari kedua definisi ini dapat diketahui bahwa parameter yang digunakan adalah ada atau tiadanya suatu tulisan untuk memberikan suatu penjabaran tentang terjadi atau tidaknya perjalanan kehidupan manusia. Pertanyaan yang timbul pada saat pendefinisian ini dipakai adalah apakah hal ini relevan untuk memberikan penjelasan bahwa sejarah memang harus terjadi ketika tulisan telah ada, sedangkan sejarah harus pula terjadi ketika tulisan belum ditemukan dalam pendefinisian sejarah itu sendiri ataukah ada hal yang lain yang melatarbelakangi timbulnya pengertian ini. Apakah memang ada suatu kepentingan – kepentingan tertentu untuk mendeskreditkan peradaban manusia tertentu. Dengan kata lain, prasejarah cenderung didefinisikan sebagai sesuatu hal yang primitif dan tidak relevan sedangkan sejarah didefinisikan sebagai sesuatu yang relevan dan mapan dalam tataran masa.
Di tengah kancah perjuangan hidup, manusia belum dapat memaksimalisasikan tinjauan tentang kesempurnaan sejarah peradabannya, karena di satu sisi manusia mengemukakan suatu hal yang berhubungan langsung masa lalu secara obyektif sesuai dengan fakta sejarah tetapi di sisi lain kecenderungan manusia sebagai sikap alamiah yang berlebihan manusia lebih mementingkan berbagai kepentingan di sela – sela pola obyektif yang berusaha dibangunnya. Dari sisnilah yang nantinya menimbulkan suatu proses subyektifikasi sejarah peradaban manusia.
Konsep yang selama ini dibangun oleh para sejarawan tentang pengertian sejarah nampaknya masih banyak menimbulkan suatu sikap kontroversial yang seringkali menggiring para sejarawan terjebak dalam ruang – ruang berdebatan yang panjang, sehingga dari fakta tersebut dapat diambil suatu benang merah, bahwa selama ini konsepsi ataupun metodologi sejarah yang kita gunakan sebagai titik acuan proses berfikir sejarah (Historical Mindedness) cukup lemah, jika digunakan sebagai suatu acuan metodologi berfikir sejarah. Hal yang paling nampak dalam prosesi penulisan sejarah adalah cara penafsiran sejarah dan metode kritik yang berusaha dilakukan ataupun yang dikembangkan.
Parameter yang dibangun untuk mendefinisikan pengertian sejarah masih dinilai penuh dengan kesubyektifitasan yang mengarah pada suatu hal yang berhubungan dengan kepntingan – kepentingan ideologi ataupun konsep peradaban yang khusus mengarah pada titik tertentu. Definisi sejarah sebagai suatu masa dimana manusia telah mengenal tulisan ataupun definisi jaman pra sejarah sebagai suatu jaman dimana manusia belum mengenal tulisan baik sebagai bahasa maupun alat komunikasi, nampaknya belum dikatakan obyektif dalam tataran metodologi penulisan sejarah itu sendiri.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar