Monday, November 28, 2011

BUKTI PROSES PENCIPTAAN MANUSIA BERDASARKAN AL-QUR’AN

Oleh : M.Arief Ardhanu

Banyak hal di dunia ini yang secara tidak disadari terjadi berdasarkan uraian di dalam Al-qur’an, Salah satu contohnya yaitu proses terbentuknya atau lahirnya manusia. Di dalam ilmu kedokteran, awal terbentuknya manusia itu berasal dari sebuah hubungan anatara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.


Setelah hubungan itu terjadi, proses fertilisasi pun mulai terjadi yaitu air mani dari laki-laki yang mengandung sperma akan membuahi oosit yang ada dalam tubuh wanita tersebut. Saat sperma tersebut masuk dalam oosit wanita, oosit wanita tersebut melanjutkan fasenya dari fase metaphase 2 ke fase selanjutnya yaitu fase anaphase 2. Setelah mengalami anaphase 2, oosit tersebut mengalami fase telofase 2 sampai terbentuknya pronuklei jantan dan betina. Setelah terjadi pronuklei tersebut, akan terbentuk zigot yaitu bakal manusia. Dari zigot tersebut, akan terus berkembang menjadi morula, blastula, grastula dan sampai akhirnya mengalami organogenesis dimana akan terbentuk tulang belulang, system syaraf, system pencernaan dan lain lain, dan pada akhirnya akan terbentuk bayi.


Proses terbentuknya manusia ini sangat sesuai dengan nash Al-qur’an yang tepatnya pada surat Al-Mukminun ayat 12-14. Isi dari surat Al-Mukminun ayat 12-14 adalah:


Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. [QS. al-Mukminun (23):12-14]


Hal ini merupakan salah satu contoh dari pembuktian-pembuktian tentang kebenaran yang terkandung dalam Al-qur’an, dan berdasarkan uraian di atas telah terbukti bahwa kejadian-kejadian yang ada di dunia ini telah ada penguraian sebelumnya di dalam Al-qur’an. Oleh karena itu, Al-qur’an memang merupakan kitab suci yang diturunkan kepada umat manusia untuk sepanjang masa karena di dalamnya terkandung tidak hanya hukum-hukum Allah, perintah dan larangan, serta janji dan ancaman Allah, namun kebenaran tentang apa-apa saja yang terjadi dunia ini sejak zaman Nabi sampai hari akhir nanti.

Friday, November 11, 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN PADA MASA PERADAPAN ISLAM

Oleh : Diana Septaria Abidin


Awal Perkembangan Sebelum Islam

Keilmuan yang berkembang dan praktek-prakteknya tidak tanpa mula. Tapi mempunyai sejarah panjang yang dihasilkan para pendahulu hingga hasilnya dapat dilihat saat ini. Awal mula kelahirannya dimulai pada masa peradaban Yunani. Dan bangsa-bangsa lain sekitar pada masa itu.

Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras' (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.


Pada Masa Peradaban Islam

Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut. Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab.

Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.

Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis Ibn-Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.

Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn. Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan Kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif, walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tabari (783-858), Firdaws al-Hikmah. Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktek, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu.

Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif “. Seperti dalam sains Arab awal.

Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang.

Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.

Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.

Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, 'Al-Tastif Liman Ajiz'an Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.

Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanun fi Al-Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.

Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.

Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.

PENERAPAN POLA HIDUP SEHAT

Oleh : Diana Septaria Abidin


Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara menerapkan pola hidup sehat itu di dalam kehidupan kita masing-masing, berikut ini dapat kita ikuti beberapa cara yang diajarkan oleh Islam kepada umat manusia:

Pertama, senantiasa memelihara kebersihan dzahir dan bathin. Kebersihan adalah pangkal kesehatan, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: Al-nadhafatu min al-iman (kebersihan itu sebagian dari iman). Yang paling esensial dari kebersihan diri itu adalah kebersihan hati, jiwa (qalb), dan pikiran (aql). Dalam ber¬bagai kenyataan, kita sering menemukan ada saja di antara orang yang mudah berburuk sangka (su'udzan) atau suka curiga kepada orang lain. Bahkan ada yang sampai berburuk sangka kepada Allah, Na'udzu bi Allah min dzalik.

Di dalam banyak ayat Al Quran, Allah mengisyaratkan betapa urgensnya kita memelihara kebersihan hati dan jiwa itu. Misal, firman-Nya, ”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” (QS Al-Tagabun 64:11). Hati yang tidak bersih akan sulit sekali untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan itu merupakan penyakit yang amat berbahaya.

Untuk menjaga kebersihan hati sekaligus menghindarkan dari hal seperti itu, maka Allah mengajari kita selalu bermohon kepada-Nya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi Karunia (QS Ali 'Imran ayat 8).

Kedua, hendaknya kita mencari nafkah yang halal dan thayyib, kemudian mengonsumsinya pula secara yang halal dan baik. Nafkah yang halal bukanlah sesuatu yang semata-mata berhubungan dengan hasil jerih payah pekerjaan seseorang, melainkan juga berhubungan dari mana sumber dan dari mana kita memperolehnya. Sebab dalam banyak kenyataan, seringkali ada di antara kita berpikir "yang penting uang” tidak terpikirkan bagaimana dan apa akibat spiritualnya pernyataan seperti itu.

Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu yang hendak kita konsumsi itu, antara lain Allah mengisyaratkan bahwa: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kita mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al-Baqarah ayat 68).

Ketiga, memohon perlindungan dan kesehatan kepada Allah atas apa yang kita konsumsi. Setiap kali memulai kegiatan makan atau minum secara proporsional "makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan", demikian peringatan dari Allah SWT. Kemudian, awalilah dengan permohonan kepada Allah, semoga apa yang hendak kita konsumsi itu, dijauhkan dari berbagai macam penyakit melainkan sebaliknya akan mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh. Sebab pada dasarnya makan serta minum itu, bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti sel-sel yang diperlukan oleh setiap organ tubuh.

Hakikat rezeki yang kita peroleh dan konsumsi itu dari Allah juga. Karenanya, pedoman dalam menciptakan pola konsumsi itu, misalnya Allah menyatakan harus proporsional (Al Quran surah Al-A'raf ayat 31). Demikian pula Nabi Muhammad saw. memberi isyarat dan contoh untuk itu, misalnya, Makanlah pada saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang.

Memang pola konsumsi masyarakat kita selama ini masih pada taraf makan untuk sekadar kenyang bukan untuk kesehatan. Kita makan tidak beraturan waktunya, dan lain-lain. Padahal kalau kita telusuri soal ini, maka dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Muslim dinyatakan, "Perut itu adalah tempatnya bersarang penyakit dan pengaturan makanan adalah obat utama. Maka, pantaslah jika kemudian beliau sering kali melaksanakan ibadah puasa sunah, yang selanjutnya perlu kita teladani, terutama setiap hari Senin dan Kamis.

Keempat, memelihara keteraturan hidup. Seringkali ada orang yang mudah terkena penyakit, karena penyebabnya ia tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih mengutamakan tampilan lahiriah daripada pemenuhan gizi makanan dan kalau sudah sibuk bekerja sampai lupa jadwal makan. Akibatnya lambung dan usus terganggu, maag, kekurangan gizi, dan sebagainya. Nanti memeriksakan kesehatannya pada waktu sakit. Padahal Islam menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).

Kelima, perbanyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran yang segar, serta sering meminum madu. Buah-buahan sering diibaratkan Allah SWT dengan "makanan surga". Mengapa? Dalam ayat ditemukan misalnya Allah menyatakan, "Dan Kami jadikan kepadanya kebun-kebun kurma dan anggur dan pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur (QS Yaasin ayat 1-3).

Bahkan di dalam Al-Duhhan/44:55, Allah ta'ala berfirman, "Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)." Adapun madu, Allah menyatakan pula secara eksplisit bahwa madu itu adalah syifa (obat). Firman-Nya: “Kemudian makanlah dari (tiap-tiap macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada apa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang yang mau memikirkan. (QS An-Nahl ayat 69).

Keenam, hendaknya kita sering membaca dan mengikuti ajaran Al Quran. Membaca Al Quran adalah bagian dari zikir kepada Allah, sedangkan zikir mendatangkan ketenangan jiwa. "Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan." (Al Quran surah Al-Ra'd ayat 28, Al Quran Surah Yunus ayat 57).

Namun dalam banyak hal, terkadang manusia baru menjadikan Al Quran sebagai barang antik sehingga jarang disentuh apalagi untuk ditelaah isinya. Padahal kalam Allah itu adalah hudan (petunjuk) bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Salah satu fungsinya, Al Quran sebagai obat yang mujarab untuk mengobati penyakit, terutama kejiwaan seseorang yang dilanda rasa gundah gulana. Kiranya dapat kita pahami bahwa secara umum Allah swt telah menyatakan bahwa semua penyakit ada obatnya. Seperti tersurat melalui pernyataan Nabi Ibrahim as. Bahwa, "Apabila aku (Ibrahim as) sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (QS As-Syu'ara ayat 80). Demikian halnya dengan penjelasan Rasulullah saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit, yaitu ketuaan".

Obat Berbahan Dasar Babi : Halal kah?

Oleh : Fawzia Hanum Mashudi


Teknologi kedokteran semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Penyakit yang pada awalnya mematikan menjadi bisa dicegah dengan vaksin atau diobati dengan pil. Saking berkembangnya pengobatan ini, kadang kita melupakan kehalalan suatu obat. Bahan yang termasuk rawan dalam pembuatan obat adalah minyak babi. Kandungan lemak babi, khususnya ditemukan pada obat yang menggunakan cangkang atau pelindung seperti halnya kapsul. Lemak babi juga ditenggarai terkandung dalam obat generik yang beredar.


Vaksin meningitis, yakni vaksin pencegahan meningitis yang pada umumnya diberikan pada calon jamaah haji, juga ditengarai mengandung lemak babi. Hal ini menimbulkan kebimbangan di kalangan umat Islam. Bahkan pada sekitar tahun 2009, dua calon jamaah haji gagal berangkat karena enggan divaksin. Akhirnya MUI menyatakan bahwa vaksin meningitis tetap haram, tapi membolehkannya dengan alasan darurat, selama belum ditemukan alternative vaksin yang tidak menggunakan bahan dasar babi. Yang boleh menggunakan vaksin atas nama kedaruratan adalah yang baru pertama kali naik haji dan orang yang telah bernazar untuk umrah.

Bagaimana kita menyikapi hal ini?

Kita telah mengerti bahwa lemak babi itu haram. Allah mengharamkan suatu makanan karena sesuatu itu tidak baik untuk kita. Namun Allah juga memberi kita perkecualian boleh memakan barang yang seharusnya haram jika kita berada pada situasi darurat. Seperti halnya obat dan vaksin. Untuk kasus obat generik itu kita harus lebih memilah-milah mana obat yang halal dan tidak, karena obat generic biasanya bukan satu-satunya obat penyembuh suatu penyakit (masih ada alternative obat lainnya. Melihat kehalalannya bisa kita cermati bahan pembuatannya atau dengan bertanya pada apoteker atau ahli pada bidang tersebut. Namun untuk kasus vaksin meningitis yang hingga saat ini belum ditemukan vaksin penggantinya, dengan alasan keselamatan, vaksin ini dibolehkan tetapi tetap berstatus haram. Pembolehan ini karena kedaruratan, melihat situasi tempat saat berhaji, jamaah yang datang dari seluruh penjuru dunia, dan ketidakadaan alternative vaksin lain. Orang-orang yang boleh menggunakan alasan ini sebagai kedaruratan adalah orang yang baru pertama kali haji atau yang bernazar umroh. Wallahua'lam.

PERSEPSI ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKHNOLOGI KEDOKTERAN

Oleh : Luthfiana Husnaini Utami


Kaum muslimin rahimakumullah! Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan selalu bersyukur kepada Allah yg telah mengaruniai agama Islam sebagai pedoman hidup yg lurus lengkap dan sempurna sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat tiga yg artinya “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu.”

Kaum muslimin yg berbahagia! Salah satu keagungan ni’mat yg dikaruniakan Allah bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ni’mat ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya krn Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semakin lama teknologi kedokteran pun semakin maju. Metode pengobatan pun semakin mutakhir. Penelitian selalu dilakukan untuk menemukan ilmu dan tekhnologi yang baru demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Semoga semakin lama ilmu kedokteran semakin baik, sehingga bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi umat islam.

Kontroversi Keluarga Berencana (KB) dalam Islam

Oleh : Fawzia Hanum Mashudi

Sebenarnya topik ini sudah cukup lama dibahas di khalayak umum, tetapi tidak ada salahnya jika kita coba kupas lagi. Mengapa KB menimbulkan kontroversi bagi umat Islam?

Keluarga Berencana adalah gerakan untuk mewujudkan keluarga kecil sejahtera dan bahagia melalui penurunan tingkat kelahiran secara bermakna. Dalam hal ini, pengertian kb dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Pembatasan Kelahiran, (tahdid an-nasl) yaitu program nasional untuk membatasi jumlah populasi penduduk. Program ini dilandasi oleh teori bahwa semakin banyak penduduk maka persediaan pangan akan semakin berkurang.
  2. Pengaturan Kelahiran (tandzim an-Nasl), yaitu program yang dijalankan oleh individu (bukan dijalankan karena program negara) untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli) dalam masa tertentu agar bisa mendidik dan merawat anaknya serta menjaga kesehatan ibu.

Jika kita lihat dari prinsip yang dipegang oleh KB, memang berseberangan sekali dengan Islam. Jika dalam Islam menganjurkan untuk memperbanyak keturunan, sebaliknya KB menganjurkan sedikit anak semakin baik. Pertimbangannya adalah, bagi KB, jika jumlah anak sedikit, maka pendidikan dan kualitas hidup yang nanti diberikan pada anak tersebut akan maksimal. Sedangkan dalam Islam, penganjuran memperbanyak keturunan berdasar papa jika semakin banyak orangtua memiliki anak, maka semakin luas pula ladang pahala dan amal untuk bekal di akhirat nanti. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan qurrah a,yun (buah hati yang menyejukan) seperti dalam QS. Al-Furqaan (25 : 74 ). Artinya : “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” QS. Al-Furqaan ( 25 : 74 ) dan zinah hayat al-dunya (perhiasan kehidupan dunia) dalam (QS. 18 : 46). Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” QS. al-Kahfi ( 18 : 46 ).

Di sisi lain, KB merupakan program pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, yang menduduki peringkat empat dunia berpenduduk terpadat, yang sudah semakin membludak dengan lahan yang tetap.

Al- Qur’an juga mengingatkan bahwa anak juga dapat menjadi musuh dan ujian (fitnah), dalam arti terkadang dapat menjerumuskan orang tua melakukan perbuatan yang dilarang agama akibat saking cintanya kepada anak (QS. 64 :14-15). Artinya : “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. at-Taghaabun:14-15). Anak juga merupakan sebuah amanah dan menjaga amanah adalah kewajiban orang yang beriman ( QS. 3 : 58 ). Artinya : “Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah.” QS. Ali-Imran ( 3 : 58 ).

Jadi, kehadiran anak merupakan suatu rizki sekaligus amanah yang harus dijaga. Tentunya kita harus bisa mengukur kemampuan diri, baik dari segi umur, kesehatan, materiil, dan lain-lain. Inna ma a’malu bin niat, sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niat. Jika melakukan program KB karena ingin mengikuti gaya hidup modern misalnya, tentunya itu salah. Namun jika tidak melakukan program KB meskipun usia sudah memasuki kategori rawan untuk hamil, hal itu menjadi perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Wallahua’lam.

PERSEPSI PROFESI DOKTER DALAM ISLAM

Oleh : Luthfiana Husnaini Utami

Saat ini seorang dokter dipandang sebagai ilmuwan. Pengetahuannya sangat diperlukan guna meningkatkan kesehatan dan untuk tujuan kesembuhan atau meringankan penderitaan. Kedudukan dan peranan dokter di tengah masyarakat tetap mendapatkan kehormatan, tetapi tidak disertai pemujaan. Kepada seorang dokter, dituntut untuk tetap memelihara dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah sedemikian majunya, sehingga menambah kemampuan dokter untuk memberikan pelayanan dalam arti luas, tetapi diikuti permintaan etik yang makin tinggi sehingga tidak terjadi penyimpangan dari keluhuran tujuan profesi atau “erosi etik profesi”.

Islam sangat menjunjung tinggi kesehatan. Bahkan islam melarang umatnya memakan makanan yang berbahaya bagi kesehatan, contohnya babi. Didalam babi itu terdapat berbagai macam bakteri yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita.

Umat islam yang berjasa dibidang kedokteran ialah ibnu sina. Beliau menemukan berbagai macam obat dan berbagai metode tentang kedokteran. Dalam islam dokter dipandang sebagai seorang yang berkewajiban untuk memberikkan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Islam tetap memberikan batas-batas mengenai kinerja dokter dan bagaimana dokter mengembangkan ilmunya. Hal inilah merupakan kelebihan islam. Islam mengurusi masalah-masalah yang terkecil dalam kehidupan umatnya. Semoga dokter selalu dapat bekerja dengan baik sesuai dengan etika dokter dengan didasari islam yang kuat.Amin